

Halimah, S.Pd
☰ Tempat dan Tanggal Lahir
Halimah, atau akrab di panggil Ummi Halimah (di lingkungan pesantren Lil-Muqorrobien Al-Islami) lahir pada tanggal 01 April 1984 adalah guru atau tenaga pengajar aktif di Pondok Pesantren Lil-Muqorrobien sejak tahun 2019. Ummi Halimah merupakan pendatang yang sebelumnya bertempat tinggal di Sampang Madura Jawa Timur. Kedatangan Ummi Halimah ke tanah Sumatera dikarenakan mengikuti jejak karir suaminya yang merupakan penduduk setempatan di Kampung Gabung Makmur Kecamatan Kerinci Kanan Kabupaten Siak, iya itu satu wilayah dengan keberadaan Pondok Pesantren Lil-Muqorrobien Al-Islami.[Usulkan Pengeditan]
-
Di lahirkan di Sampang-Madura
Pada Tanggal 01 April 1984
-
Indonesia

-
5 Bersaudara
Adalah anak ke-2 dari 5 bersaudara
-
Menikah
-
Agus Frieyanto
-
Moh. Alif Nurul Anwar
Moh. Fatihul Hamzah
Moh. Akmal Ramadhan
Moh. Robbi Pangestu
-
Islam
Kehidupan Awal [Usulkan Pengeditan]
Ummi Halimah lahir pada tanggal 19 April 1985 dari pasangan Almarhum Abdul Kholik dengan Sumiyati. Hanya saja, Ketika Ummi Halimah mulai mengenyam pendidikan, karena ketika itu umur Ummi Halimah belum mencukupi dan beringinan kuat untuk sekolah, maka tanggal kelahirannya dirubah pada 01 April 1984.
Ummi Halimah lahir pada tanggal 19 April 1985 dari pasangan Almarhum Abdul Kholik dengan Sumiyati. Hanya saja, Ketika Ummi Halimah mulai mengenyam pendidikan, karena ketika itu umur Ummi Halimah belum mencukupi dan beringinan kuat untuk sekolah, maka tanggal kelahirannya dirubah pada 01 April 1984.
Ummi Halimah adalah anak kedua dari lima bersaudara. Ummi Halimah lahir dalam keluarga biasa. Dimana ayah Ummi Halimah pada masa itu adalah seorang Pandai Besi dan ibunya hanyalah Ibu Rumah Tangga. Pada mula pertumbuhannya, Ummi Halimah menuntut ilmu agama kepada ayah beliau, karena selain sebagai seorang Pandai Besi, ayah beliau adalah guru ngaji di kampung. Keluarga Ummi Halimah termasuk keluarga yang sangat memegang teguh adat istiadat madura dan aturan agama Islam. Keteguhan tersebut sudah turun temurun sejak kakek moyang Ummi Halimah yang pada masa itu adalah seorang penyebar Agama Islam dari Tanah Pakistan-India. Saudara Ummi Halimah adalah Syamsuri, Kholilah, Jamilah dan Mutmainnah. Ummi Halimah menikah dengan Agus Frieyanto pada Agustus tahun 2007 dan dikaruniai empat putra, Alif, Hamzah, Akmal dan Robbi.
Ummi Halimah hidup di lingkungan dengan adat Madura yang sangat kental dengan kultur ke-Nu-annya. Pada masa itu, pendidikan bagi wanita tidak lebih dari menuntut ilmu ke pondok pesantren sebagai bekal untuk berumah tangga. Sangat jarang wanita yang pendidikannya hingga perguruan tinggi. Dan bahkan, ketika Ummi Halimah melanjutkan studi ke perguruan tinggi, tidak sedikit saudara dan masyarakat yang mencela. Karena dukungan dan keteguhan kedua orang tua Ummi Halimah, meskipun menjadi wanita satu-satunya di lingkungan Ummi Halimah bertempat tinggal yang melanjutkan studi ke perguruan tinggi, Akhirnya Ummi Halimah mampu menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi. Saat ini, keadaan dimana Ummi Halimah dahulu tumbuh berkembang sudah banyak perubahan kemajuan, diamana banyak wanita yang telah mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi dan bahkan memiliki peran di masyarakat sebagai pegawai instansi swasta dan juga pemerintahan.
Pendidikan [Usulkan Pengeditan]
Ummi Halimah menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Ketapang Laok IV dan lulus pada tahun 1997. Melanjutkan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Nangger Ketapang Laok hingga tahun 1999 (kelas 2 MTs) yang kemudian berpindah ke Pondok Pesantren Al-Kholili An-Nurooniyah Demangan Timur Syaikhona Kholil Bangkalan Madura sampai dengan tahun 2002. Dan ketika masih di pesantren, di Tahun 2001 mengikuti ujian persamaan kelulusan MTs.
Setelah selesai menempuh pendidikan Di Pesantren, melanjutkan pendidikan Madrasah Aliyah An-Nur Pamekasan dan lulus pada tahun 2004. Selama menempuh pendidikan di jenjang Aliyah tersebut, Ummi Halimah juga aktif mengikuti kursus bahasa Inggris di LATANSA BEC Pamekasan Madura, dan menyelesaikannya di tahun yang sama dengan kelulusannya dari Aliyah.
Ummi Halimah menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Ketapang Laok IV dan lulus pada tahun 1997. Melanjutkan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Nangger Ketapang Laok hingga tahun 1999 (kelas 2 MTs) yang kemudian berpindah ke Pondok Pesantren Al-Kholili An-Nurooniyah Demangan Timur Syaikhona Kholil Bangkalan Madura sampai dengan tahun 2002. Dan ketika masih di pesantren, di Tahun 2001 mengikuti ujian persamaan kelulusan MTs.
Setelah selesai menempuh pendidikan Di Pesantren, melanjutkan pendidikan Madrasah Aliyah An-Nur Pamekasan dan lulus pada tahun 2004. Selama menempuh pendidikan di jenjang Aliyah tersebut, Ummi Halimah juga aktif mengikuti kursus bahasa Inggris di LATANSA BEC Pamekasan Madura, dan menyelesaikannya di tahun yang sama dengan kelulusannya dari Aliyah.
Setelah lulus dari Aliyah, Ummi Halimah melanjutkan studi dengan mengambil jenjang Diploma 2 (PGSD/PGMI) di STAI NATA Sampang Madura pada tahun 2004 dan lulus pada tahun 2007. Dan selama menempuh pendidikan di STAI NATA Sampang Madura, Ummi Halimah juga aktif mengajar di pondok-pondok pesantren di sekitaran wilayah Ummi Halimah bertempat tinggal (Wilayah Ketapang dan sekitarnya).
Pada Agustus tahun 2007, Ummi Halimah menikah dan fokus mengurus rumah tangganya. Pada tahun 2009, Ummi Halimah kembali melanjutkan Studi ke Universitas Islam Madura dengan mengambil Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dengan jurusan/program studi Pendidikan Bahasa Inggris dan lulus pada tahun 2013.
Pada Agustus tahun 2007, Ummi Halimah menikah dan fokus mengurus rumah tangganya. Pada tahun 2009, Ummi Halimah kembali melanjutkan Studi ke Universitas Islam Madura dengan mengambil Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dengan jurusan/program studi Pendidikan Bahasa Inggris dan lulus pada tahun 2013.
Yayasan Pondok Pesantren Lil-Muqorrobien Al-Islami [Usulkan Pengeditan]
Awal Keterlibatan[Usulkan Pengeditan]
Tahun 2019 adalah tahun di mana Ummi Halimah harus berpindah dari Madura Ke Riau Sumatera. Di Tahun 2019 itulah Ummi Halimah memulai kehidupan dengan suasana yang sangat berbeda dengan kehidupan di Madura. Atas dukungan kedua orang tua Ummi Halimah dalam berkhidmad dan dengan mengingat harapan Almarhum Ayah mertua yang meninggal di tahun 2019 itu untuk terus berkiprah di dunia pendidikan, Ummi Halimah kembali aktif di dunia pendidikan yang sebelumnya lebih dahulu di teladankan oleh almarhum Ayah Mertua Ummi Halimah yang di masa hidupnya berperan aktif di Pondok Pesantren Lil-Muqorrobien Al-Islami.
Guru Dalam Sebutan, Murid Dalam Kenyataan[Usulkan Pengeditan]
Beberapa hari menjelang wafatnya ayah dari Ummi Halimah, yang wafat pada tahun 2023, ayah Ummi Halimah berpesan untuk terus aktif berperan dalam dunia pendidikan. Meskipun sebagai guru bagi anak-anaknya, meskipun hanya mengajarkan ngaji alif-ba-ta, meskipun hanya mengajar satu orang murid, jangan pernah meninggalkan apalagi memandang sebelah mata profesi seorang guru, meskipun gaji guru jika di nalar tidak mencukupi kebutuhan. Dan pesan ini "setali tiga uang" dengan pesan serta harapan dari almarhum ayah mertua Ummi Halimah yang terlebih dahulu wafat pada tahun 2019.
Bagi Ummi Halimah, profesi sebagai pengajar bukanlah pekerjaan untuk unggul dalam materi dan pengakuan. Ketika menjadi seorang pendidik, Ummi Halimah mengibaratkan sebuah bilah/pisau. Dengan mengajar, sebenarnya tak ubahnya seperti mengasah bilah untuk terus tajam. Agar pengetahuan yang di miliki dan pernah di pelajari tidak tumpul dan berbuah penyesalan di kemudian hari.
Kategori Guru Tersabar[Usulkan Pengeditan]
Tepatnya pada peringatan Hari Guru Nasional pada bulan November 2024, Ummi Halimah dinobatkan sebagai "Guru Tersabar" berdasarkan pilihan para murid/santri.
Ummi Halimah menuturkan bahwa sebenarnya Ummi Halimah tidak sesabar seperti yang di perkirakan. Hanya saja, Ummi Halimah menyadari bahwa kenakalan yang di dapati pada para murid/santri juga pernah Ummi Halimah lalui. Bagi Ummi Halimah, kenakalan seorang siswa adalah bagian dari tumbuh kembang anak yang membutuhkan pendampingan dan pengarahan atas ketidak tahuan anak dalam memilih arah dan berpijak. Menurut Ummi Halimah, cara menyikapi problematika murid menjadi penentu baik buruknya murid di masa mendatang, sebanding dengan cara menyikapi diri dalam kekalutan menjalani kehidupan. Berupaya memberikan yang terbaik, sak dermo (sebatas) menjalani perintah Allah dan Rasulnya dalam mengkhidmadkan diri untuk ngunduh berkah (mendapatkan keberkahan) dari ilmu (ilmu yang nafi') sehingga di baikkan Allah segala urusan dunia hingga akhiratnya.
Hingga saat ini, Ummi Halimah masih aktif sebagai wali kelas dan juga sebagai guru bidang Bahasa Inggris di Pondok Pesantren Lil-Muqorrobien Al-Islami.
Awal Keterlibatan[Usulkan Pengeditan]
Tahun 2019 adalah tahun di mana Ummi Halimah harus berpindah dari Madura Ke Riau Sumatera. Di Tahun 2019 itulah Ummi Halimah memulai kehidupan dengan suasana yang sangat berbeda dengan kehidupan di Madura. Atas dukungan kedua orang tua Ummi Halimah dalam berkhidmad dan dengan mengingat harapan Almarhum Ayah mertua yang meninggal di tahun 2019 itu untuk terus berkiprah di dunia pendidikan, Ummi Halimah kembali aktif di dunia pendidikan yang sebelumnya lebih dahulu di teladankan oleh almarhum Ayah Mertua Ummi Halimah yang di masa hidupnya berperan aktif di Pondok Pesantren Lil-Muqorrobien Al-Islami.
Guru Dalam Sebutan, Murid Dalam Kenyataan[Usulkan Pengeditan]
Beberapa hari menjelang wafatnya ayah dari Ummi Halimah, yang wafat pada tahun 2023, ayah Ummi Halimah berpesan untuk terus aktif berperan dalam dunia pendidikan. Meskipun sebagai guru bagi anak-anaknya, meskipun hanya mengajarkan ngaji alif-ba-ta, meskipun hanya mengajar satu orang murid, jangan pernah meninggalkan apalagi memandang sebelah mata profesi seorang guru, meskipun gaji guru jika di nalar tidak mencukupi kebutuhan. Dan pesan ini "setali tiga uang" dengan pesan serta harapan dari almarhum ayah mertua Ummi Halimah yang terlebih dahulu wafat pada tahun 2019.
Bagi Ummi Halimah, profesi sebagai pengajar bukanlah pekerjaan untuk unggul dalam materi dan pengakuan. Ketika menjadi seorang pendidik, Ummi Halimah mengibaratkan sebuah bilah/pisau. Dengan mengajar, sebenarnya tak ubahnya seperti mengasah bilah untuk terus tajam. Agar pengetahuan yang di miliki dan pernah di pelajari tidak tumpul dan berbuah penyesalan di kemudian hari.
Kategori Guru Tersabar[Usulkan Pengeditan]
Tepatnya pada peringatan Hari Guru Nasional pada bulan November 2024, Ummi Halimah dinobatkan sebagai "Guru Tersabar" berdasarkan pilihan para murid/santri.
Ummi Halimah menuturkan bahwa sebenarnya Ummi Halimah tidak sesabar seperti yang di perkirakan. Hanya saja, Ummi Halimah menyadari bahwa kenakalan yang di dapati pada para murid/santri juga pernah Ummi Halimah lalui. Bagi Ummi Halimah, kenakalan seorang siswa adalah bagian dari tumbuh kembang anak yang membutuhkan pendampingan dan pengarahan atas ketidak tahuan anak dalam memilih arah dan berpijak. Menurut Ummi Halimah, cara menyikapi problematika murid menjadi penentu baik buruknya murid di masa mendatang, sebanding dengan cara menyikapi diri dalam kekalutan menjalani kehidupan. Berupaya memberikan yang terbaik, sak dermo (sebatas) menjalani perintah Allah dan Rasulnya dalam mengkhidmadkan diri untuk ngunduh berkah (mendapatkan keberkahan) dari ilmu (ilmu yang nafi') sehingga di baikkan Allah segala urusan dunia hingga akhiratnya.
Hingga saat ini, Ummi Halimah masih aktif sebagai wali kelas dan juga sebagai guru bidang Bahasa Inggris di Pondok Pesantren Lil-Muqorrobien Al-Islami.